JAKARTA -- Pemerintah telah mencanangkan program tol laut untuk meratakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur. Sebab, kontribusi bidang kelautan Indonesia masih rendah apalagi bila dibandingkan dengan Norwegia yang wilayah lautnya jauh lebih kecil.
Direktur Eksekutif Pormar (Poros Maritim), Siswanto mengatakan, melalui program tol laut, kontribusi bidang maritim seharusnya bisa digenjot lebih jauh. Bahkan diharapkan dapat melebihi kontribusi saat ini yang hanya sekitar 15 persen GDB menjadi hingga 70 persen GDB.
Menurut Siswanto, garis pantai Indonesia merupakan kedua terpanjang setelah Kanada. Panjangnya, yakni kurang lebih 95.000 kilometer dengan luas wilayan lautan 5,8 juta km per segi.
"Ini tentu menjadi modal untuk bisa menjadi negara maritim yang kaya," ujar Siswanto melalui keterangan resminya kepada Republika.co.id, Ahad (1/5).
Indonesia memang memiliki modal yang cukup, tapi sayangnya kontribusi bidang kela utan terhadap GDP Indonesia masih belum maksimal. Hal ini diungkapkan Siswanto berdasarkan data yang dimiliki pemerintah.
Menurut dia, kontribusi bidang kelautan terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia jauh di bawah Norwegia yang sudah di atas 50 persen dan Denmark di atas 30 persen. Bahkan, Indonesia juga berada di bawah Finlandia yang telah mencapai di atas 15 persen.
Alumni ITS Surabaya ini menambahkan, selain pembangunan infrastruktur guna menunjang tol laut, terdapat beberapa hal yang bisa dimaksimalkan agar kontribusinya bisa meningkat.
"Semestinya, dengan penetapan poros maritim dan tol laut yang dicanangkan Presiden, kontribusi sektor maritim terhadap GDP bisa mencapai 70 persen," kata dia.
Source ↔ Listen MP3 Music